“Hape gue?? Dimana hape gue?? “. Tanganku
meraba-raba meja kelas tempat aku meletakkan
hapeku. Tak ada!!.. Terpaksa kuangkat kepalaku
yang sedari tadi kurebahkan di atas permukaan meja itu. Aku panik bukan
kepalang. Benar- benar hapeku ilang.
“Nyari apa Rum ?”. Tanya teman sekelasku yang tempat duduknya pas
di depanku.
“Hape gue ilang To, lo liat ga??!! ” Jawabku.
“Emmmm.... (sok mikir, sambil nyengir-nyengir)..
enggak Rum”.
Damnnn ketauan banget dia boongnya, tuh buktinya
dia gak bisa nahan ketawa, senyum-senyum gak jelas, sok mikir segala lagi.
Pasti dia lagi ngerjain aku niiiiihhhh.. -__-
“Aaaaaa gue tau ini semua kerjaan lo To. Udah
jelas banget tadi gue taro dimeja sini (mengetuk-mengetuk meja, sambil kesal)
,balikin gak !!”. Aku pasang tampang sejutek mungkin, semungkin yang aku bisa.
“Hahahahha sumpah Rum bukan sama gue. Makanya jangan
tidur mulu. Abis olahraga kok langsung tidur.”
“ Kan gue capek Anto. Lagiankan suka-suka gue
dong mau tidur atau enggak. Terusss lo enggak suka gitu??. Udah mana sini
balikin !!”. Mintaku paksa padanya, kucubit pergelangan tangannya supaya ia
cepat mengakuinya.
“Auu sakit Rum.. Parah banget maennya cubitan. Enggak
suka, abis gue dicuekin. Yaudah gue
kasih tau. Hapenya masih di meja kok, mmm gak ada semeter dari lo. ”
Aku yang masih terbawa alam mimpi, setengah
sadar, masih belum bisa mencerna omongannya. Bingung harus ngapain. “Hah maksudnya?. Gak ngerti lagi.”
“Dasar lola.
Hape lo ada disekitar sini, gak jauh dari tangan lo.”
Aku mencarinya, klu yang diberikannya sudah
sampai diotakku, dan tak sampai hitungan sepuluh hapeku ketemu. Yapsss ia menaruhnya
di tas Nene, teman sebangkuku. “ Antoooo ini pasti kerjaan lo !!.” . Aku yang
merasa telah mengeluarkan cukup banyak energi, kembali merebahkan kepala
dimeja, tertunduk lesu. Oh my god, dia buat aku esmosi.
Sejurus kemudian, aku merasakan sesuatu yang
menyentuh rambutku. Sentuhan itu sangat cepat, tapi lembut, penuh kehangatan.
Aku terlonjak kaget, lagi dan lagi kepalaku berusaha untuk menengadah, mencari
tahu sosok apa itu.
“Makanya naruh hape jangan sembarangan. Ilang
aja.” sambil mengacak-acak rambutku.
Oh yaampun ternyata Anto, kirain Rizal haha
ngarep banget. “Iyeee Anto. Tapi kalo gak ada elo, nih hape juga gak bakal
ilang. ”
“Udah jangan tidur lagi dong. Tonton tuh filmnya.
” ia menunjuk kearah proyektor kelas yang sedang memutar film horor.
“Ih gak mau ah serem. Ahh bilang aja lo minta
ditemenin, iyaa kan??. Jujur aja.” Ledekku padanya.
“Masih sereman mana sama rumah lo?. Mmmm... ”
“Yaudah kalau gak mau jujur gue tinggal tidur
lagi. ” Ancamku.
“Yahhh gitu sih jahat.” Ia memasang emot anak
kecil yang sedang merajuk.
“Haha senengnya gue.. iyak sini-sini gue
temenin. Tapi gak mau nonton, maenan aja yuk.”
“Ayo apaan??. ” semangat sekali ia menjawabnya,
dan senyum itu kembali menghiasi bibirnya.
“SOS tapi pake tisyu, nanti kalo yang ngerobekin
tisyunya di jitak ya.” Usulku.
“Oke. Ayok sini.”
“ Ih pake baju dulu sana, jorok banget. Gak enak ah diliatnya.”
“ Gerah Rum. Udah gak usa deh. Maen SOS aja
ribet banget. Bilang aja pasti gak kuat ngeliat badan gue??.
“Yaudah kalo gak mau pake baju, gak jadi main.
Iyaaa gak kuat gue mau nutup idung, anjir bau banget. Cepet sana ganti batik.
Ntar gue olesin babycolone gue. Buru
sana. ” kudorong-dorong tangannya, memaksa dirinya untuk segera bangkit dari
tempat duduk dan pergi kekamar mandi.
“Iya-iya.” Anto pun bangkit berdiri sambil
membawa pakaian ganti miliknya. “Jangan kemana-mana Rum”.
“Sipokeh”. Disertai senyum termanisku untuknya.
Lima belas menit berlalu, ia tak kunjung
kembali. Aa bosen banget, mau maen kebangku temen sebelah, tapi udah kelanjur
janji sama dia gak bakal kemana-mana. Alternatif terakhir yaa mainin
hape,baca-baca sms dari dia yang hampir setiap malem gak pernah absen dari
inbox hapeku. Ketika jenuhku sudah mengumpul jadi satu, dan
aku siap beranjak dari bangku, ketika itu pula pintu kelas terbuka, dan
masuklah ia bersama dua laki-laki yang juga teman sekelasku.
Aku memasang tampang jutek sambil memencet tuts
hapeku. Dia yang melihat perubahan sikapku, segera datang ketempat diriku duduk, ia duduk disebelahku.
“ Ayok.
Mau main apa ini??”. Tak ada respon sama sekali dari diriku. Aku terus
memencet-mencet angka dihapeku. Merasa diabaikan perkataannya, ia menatapku.
Aku menoleh, walau hanya sekilas, lalu sibuk memainkan hape lagi. “Masa gitu
aja ngambek. Padahalkan yang minta gue ganti baju tadi siapa??. Giliran udah
ganti baju....”
“Siapa yang ngambek??. Orang lagi sibuk smsan. ”
“Boongnya ketauan banget sih. Orang dari tadi
gue duduk disini, dan jelas-jelas gue liat lo cuma mencet-mencet angka gak jelas,
terus diapus, terus pencet lagi.”
“Ih dasar nih, matanya lirik-lirik aja sih.. gak
ada tisyu buat maen SOS tahu !!.”
“Nohkan boong lagi, marahnya pasti karena gue
lama kan?. Tisyu mah banyak.”
“Mana-nyak. Pengen banget ditunggu sih??”.
Sumpah demi apapun wajahku saat itu merah padam, untung saja kulitku tak putih,
jadi tak terlihat warnah merahnya, semogaa.
Ia bangkit dari duduknya, meninggalkanku
sendiri. Selalu begini, tapi yasudahlah masa aku harus menghalang-halanginya.
Kupikir ia marah atau bosan denganku, ternyata ia kembali dan membawa sehelai
tisyu untuk kami main berdua. Hanya sehelai??. Oh my God, dia benar-benar
pelit.
“Nih tisyu-nya. Udah jangan ngambek lagi.”
“ Ih siapa juga yang ngambek. Yaudah nih spidolnya
lo warna item,gue merah. Oh iya ini colognenya,” aku menyodorkan cologneku
padanya.
“Katanya mau dibalurin..”Ucapnya pelan.
“Hah??. gak bisa sendiri apa?. Manja banget.”
“Kalau tau gitu tadi mending gak usah ganti baju
sekalian. ”
Kuraih tangannya,yang mebuat tubuhnya menjadi
semakin dekat denganku, sangat dekat malah. Kutuangkan cologne ditelapak
tangannya, lalu kuratakan kebagian sisi tangan yang lain, hingga siku. Tangannya kasar tapi tidak terlalu kasar,
urat-urat ditangannya muncul disana-sini membuat dirinya terlihat makin cowok,
kalau boleh jujur ketika itu hatiku
berdetak tak menentu.
“Heemm udah wangi nih. Yaudah yok main.”
Kukembalikan tangannya kearah semula. Dan sewaktu itu, ia memegang tanganku.
“Kalau minta dibalurin terus boleh??” mintanya
manja.
“Boleeehh banget. Minta sama nyokap lo aja ya
Anto.”
“Mmmm... kalau maunya sama..”
“Cieee pegangin teruss To Arumnya, biar gak kabur.
Weka- weka ” canda si Nene.
Yapss Nene
mengganggu waktu berduaku dengan Anto. Seketika, aku yang salting berat segera
menarik tangan dari genggamannya.
“Yaudah yok main. Mau ikutan gak Ne??” Ajakku
pada Nene, alih- alih mengalihkan pembicaraan.
“Mmmm Arum bisa aja ngelesnya kayak bajaj. Gak
ahh ntar gue ganggu. Cuman mau ngambil dompet aja ditas, tolong dong To dompet
gue.”
“Nih.” Kasih Anto pada Nene.
“Yaelah To jangan ngambek. Iyak-iyak gue ga
ganggu lagi. Dah sono pedekate daaahh. Rum mau ikut ke kantin gak?”
Aku sempat melirik dirinya sebelum berkata
“Engga deh Ne.”
“Mmmmm.... huahahaha gue ngerti kok Rum.” Sambil melirik ke Anto. Setelah itu ia pergi
meninggalkan kami berdua.
“Jadi main??” Tanyaku padanya karena merasa
gelagat dirinya yang aneh.
“Ya terserah aja.” jawabnya dingin.
“Marah??”
“Enggak. Yaudah ayok main.. mmm AC-nya dingin banget
yaa, tangan jadi menggigil gini”.
“Mmmm.. hahaha”. Iya aku tahu itu namanya kode
bukan??. Untuk mewujudkan keinginannya,
kuberanikan diri untuk memulai. Disela-sela permainan perlahan tanganku
mendekati tangannya dan tak butuh waktu lama tangan kami sudah berpegangan.
“ Kok tiba-tiba jadi anget ya??” Sindirnya
“Yaudah
kalo gak mau.” Kutarik tanganku dari genggamannya. Belum sempat
melepaskan diri, ia menahannya.
“Emang ada yang bilang gak mau?? ” Tanyanya
usil.
“Ihhh bisanya bikin keki mulu nih. Aaahh jadi males mainan.”
“ Huahaha... cie ada yang salting”. Godanya yang membuatku semakin melting.
“Ih apaan sih. Yaudahlah gue mau ke toilet
dulu.” Kutarik tanganku yang sedari tadi digenggamnya. Aku merasa saat itu
sebaiknya aku mencari angin segar, sudah cukup hatiku dag-dig-dug tak menentu.
Huaaaa bisa bener-bener merah mukaku ini.
“Jangan lama-lama ya..“ Pintanya.
“ Gak janji ya.. hahahaha”
***
Tak terasa aku sudah kelas
tiga, ini berarti sudah cukup waktu main-main untukku. Sekarang ini aku harus
fokus sekolah, harus siap-siap menghadapi Ujian Nasional. Yapsss.. jangan
sampai buat keluarga kecewa, terlebih Mama, satu-satunya orang tua yang kupunya
dan orang yang selalu ada untukku.
Dikelas tiga ini aku masuk
kelas pilihan. Yaa bisa dibilang kelas khusus untuk anak-anak pintar. Kalau
boleh jujur, aku tidak merasa punya bakat ataupun kepintaran sama sekali, yaa
siswa yang pas-pasan lah. Tapi kok bisa masuk kelas ini ya???. Gak tau deh,
bagaimana pun juga aku harus mensyukurinya.
zzz.zzzz.zzz...
Tuhan memang satu kita yang tak sama... zzz...zzz... haruskah aku lantas pergi
meski cinta takkan bisa pergi..... zzzz..zzz.... .
Handphone yang kuletakkan diatas meja berdering kencang.
“ 1 message” tulisan itu
tertera dilayar handphone. Segera kubuka, sms dari nomer tak dikenal, disms itu
hanya tertulis namaku “Aruuuuum”, seolah-olah si pegirim sms memanggilku.
Mmm nomer saja??. Otakku mulai
menerka-nerka, siapakah orang yang mengirim sms itu?. Jangan-jangann... . Gak
mungkin... . Mungkin saja tapi, siapa
tahu dia kangen sama kamu rum.. . Aduh itu gak mungkin banget, dia kan orangnya
begitu, gengsisme tingkat dewa, lagian juga dia gak mungkin kangen sama aku
terlebih setelah peristiwa itu..., tapi gak ada yang gak mungkin rum... .
Oh yaampun hatiku sibuk
bertengkar tentang hal yang gak jelas ini. Disatu sisi perasaanku bilang ini
sms dari Anto, dan disisi lain menolaknya, lagian gak mungkin juga Anto gak menepati janjinya. Tapi
siapa tahu aja... . tapi ga mungkinnnnn.... .
“Stoooooooppppp” aku berteriak
sendiri di dalam kamar, saking pusingnya mendengar kata hati yang saling berbenturan.
Untung saja dirumah sedang tidak ada orang , kalau sampai ada, bisa dikira gila
aku ini. Huufft. Daripada penasaran seperti ini, mikirin hal yang gak jelas,
dan cuma bisa menerka-nerka, lebih baik memastikannya.
“Iyaa apa ?. Maap ini nomer
siapa yak.” Kuputuskan untuk membalas sms itu. Sedikit berharap kalau-kalau sms
itu benar dari Anto. Tak sampai lima
menit, ringtone hp berbunyi lagi, saking penasarannya segera kuraih handphoneku
dan langsung kubuka tanpa basa-basi lagi. Walhasil..
“Ini gue Bowo. Save nomer gue
ya rum. Lagi apa rum??”. Gedubrakkk, nohkan dibilang apa?. Itu bukan dari Anto,
Arum-nya -__- .
Tiba-tiba saja mataku perih,
aku bingung ada apa ini. “Gak boleh, Arum gak boleh nangis, Arum kuat” aku
meyakinkan diriku sendiri. Oh yaampun, tanpa sengaja sebullir air mata menetes
begitu saja dipipiku. Segera kubangkit dari kasur, menutup layar netbookku, dan
meninggalkan handphone yang menampilkan sms dari orang yang tak kuharapkan. Aku
berlari bergegas menuju toilet. Rasanya sudah tidak tahan lagi, ingin menangis
sekencang-kencangnya ditoilet.
Sudah sampai didalamnya,
kunyalakan kran bak mandi yang sudah tidak bisa menampung air lagi, dan tanpa
inginku air mata itu jatuh berhamburan. Aku kangen, rindu setengah mati sama
Anto.
“Antooo aku kangen kamu...
hiks.. hikss. Seandainya aja kamu bisa mencegah aku.. . Seandainya kamu ngerti
perasaan aku Nto. Seandainya kamu bisa sedikit lebih peka... hikss hiksss...
kenapa kita jadi begini sih Anto?? . Tuhan kenapa Engkau mempertemukanku
dengannya kalau akhirnya Engkau juga yang menakdirkan kami tak bersama???.
Mengapa Engkau menciptakan perbedaan yang malah membuat kami, ciptaanMu ini
tidak bersatu?? Bukankah Engkau yang menganjurkan untuk selalu hidup bahagia
bersama-sama, tapi mengapaaa Engkauuuu???. Arrrrggggggghhhhh aku kesal ”. rasanya saat itu aku ingin sekali berteriak
sekeras-kerasnya dan berkata “Ini gak adil untukku”. Tapi sayang , aku tak
senekat itu, perkataan itu hanya terpendam dalam hati saja. Malam itu, aku
merasa teramat menyedihkan. Entah berapa lama aku menghabiskan waktu
dikamar mandi untuk menangisi seseorang,
yang mungkin saja kini ia membenciku.
Setelah merasa cukup baikan,
aku berdiri dan membasuh mukaku dengan air. Berharap bisa menghilangkan bekas
air mata yang masih menetes di pelupuk mata, walaupun sudah tak sederas tadi.
Mencoba untuk mengontrol emosi, menanamkan kata-kata dalam hati “Arum kuat..
arum pasti kuat.. gak boleh nangis”.
Sudah merasa mantap, kubuka pintu kamar mandi dan segera kembali
kekamar.
Kaca.. tujuan utamaku setelah
tiba dikamar. OMG mataku sembab. Bagaimana ini kalau Mama pulang dan melihat
wajahku seperti ini. Dia bisa cemas. Arrrggghhhh ini gara-gara Anto. “Ngapain
aku mikirin dia, yang jelas-jelas gak pernah suka sama aku. Boro-boro suka.
Mikirin aku sekali aja gak pernah. Bete banget.” Timbul sifat egois dari dalam
diriku. Yayayayaya.......... munkin ini yang terbaik :D.
I learn to confirm my life. Its
no good, yeah may be bad idea. But i know, one day i will get something whose
very special for me, . Just for me :’). (aku belajar untuk menerima hidupku.
Itu emang gak bagus, yeah mungkin ide yang buruk. Tapi aku tahu, suatu hari
nanti aku akan mendapatkan sesuatu yang sangat spesial untukku. Hanya untuk ku
seorang :’) ).
***
PERISTIWA
ITU...
Sabtu malam, yaaa malam ini
ditunggu oleh kalangan muda untuk menghabiskan sisa malam bersama sang pujaan
hati. Tapi tidak untukku. Aku terduduk lesu di sofa ruang tamu. Aku lelah
dengan semua ini. Semua terlihat semu.... indah diawal tapi tidak jelas
diakhir. Berdiri.. duduk lagi. Berdiri.. duduk lagi. Sambil memegang handphone,
aku seperti orang terhipnotis, pandangan kosong, bingung ingin melakukan apa.
Resah tak menentu. Terlalu banyak pikiran yang memenuhi otakku ini. Oh yaampun.
Mama yang melihat anaknya gak
karuhan tampangnya segera angkat bicara. “Kamu tuh ngapain toh dek??. Dari tadi
Mama liatin, kok kayak orang bimbang gitu. Gak bisa diem lagi. Nunggu sms dari
siapa cah ayu.... ”. Ucapan Mama buat aku sedikit tenang. Aku coba merileks-kan
diri duduk mendekati beliau.
“Aku gak nunggu sms dari
siapa-siapa Mama. J,
aku malah lagi bingung mau mulai smsnya gimana.” Aku meminta saran padanya.
“Yaa tinggal sms aja kok susah
banget. Apa perlu mama yang sms-in. Hah??” Mama mencoba menghiburku. Dan kuakui
usaha mama sangat berhasil. Beban dipundakku sedikitt ringan. Hampir sejam-an aku
menghabiskan waktu untuk curhat ke Mama, sampai-sampai aku lupa ingin meng-sms
dirinya. Mama banyak memberikan petuah-petuah bijaksana tentang cinta. Dan aku
sangat menikmati obrolan yang jarang sekali serenyah ini.
Setelah berkonsultasi dengan
psikolog cinta (cieh itu sebutan baru persembahanku untuk Mama ) aku
memantapkan hati untuk memulainya.
a=Anto
s=Saya
S : antooooo...
A : apa arum??
S : lagi apa anto??
A : lagi tiduran aja rum. Lu sendiri?
S : duduk-duduk di sofa.
A : tumben gak malem mingguan rum?
S : lahhhh emang gue pernah malem mingguan??. Sok tau
nih Anto kayak dukun deh.
A : kok lu tau gue suka sok tau Rum??. Jangan- jangan
lu yang dukun lagi.... wukakakak.
S : mmmmmm.... krikkrik.. masa ada jangkrik lewat To.
Katanya dia nyariin elo tuh.
A : jahaaat arum.. L.
Wiedew ada yang bisa bahasa binatang nih?? Satu spesies yak??.
S : aruuummm baik kok. Anak mamah gak boleh jahat JJJ.
Iyak nichh titisan nabi sulaiman. Hahaha :p
A : anak mamah ya????. Ketauan tuh yang anak mamah
alaynya keluar.. wkwk. Lu mah titisan lia eden. Ckckck
S : Hahehuhoh.... emmmmm
A : lahlah
gajel
S : To mau tau sesuatu ga?
A : tau apaan?
S : tapi ada kosekuensinya anto??
A : emang apaan sih Rum?. Jadi penasaran. Apa
kosekwensinya??
S : yang pertama kalo lo udah baca sms ini anggep
kita gak pernah kenal??. Bagaimana?
A : itu kosekwensinya??. Gak ada yang lain apa????.
Parah banget sih.
S : iya itu. Mau gaaaakkk????. Yang ke 2, kalo lo
udah baca sms gue ya jangan bales sms gue.
A : ada lagi?????
S : lo beneran mau To??. Jadi lo gak mau kenal sama
gue???
A : apaan sih rum. Gue jadi bingung -.- . yaudah
apaan nih?? Gue penasaran.
S : mmmm tapi janji yak.
A : iyakiyak. Buruuu gue ngantuk nih.
S : yaudah tidur aja. gue harus menyusun kata-kata
dulu takut salah persepsi. Selamat malam anto J
A : oh gitu yaudahh. Nite too Arum.
Beberapa jam kemudian hampir 30 sms kukirim
untuknya, 23 : 00
S : bolehkah gue jujur??
S : sebenernya gue juga gak mau ngomong ini. Tapi gue
capek mendem terus anto
S : lagian setelah berkonsultasi pada Mama, mama
bilang lebih baik ungkapkan sekarang daripada terus-terusan memendam dan gak
tau sampai kapan berakhirnya. Gue pengen semuanya jelas.
S : anto gue suka ama lo. Mungkin cinta. Atau...
apalah yang semacam itu.
S : taukah lo?? Semua cerita- cerita di netbuk gue
itu semua tentang lo. Yayaya gue yakin lo udah tau.
S : mungkin lo bertanya-tanya, sejak kapan gue suka
sama lo???. Gue juga gak tau persis. Yang jelas semenjak tugas sejarah itu,
jujur perasaan itu muncul seketika.
S: sebenernya dari awal masuk ipa 2 pun gue sudah
mulai mengamati lo. Tapi gue sempet gak yakin kalo kita bakal sedeket ini.
S : kalo boleh jujur elo itu... ya kalo dibandingin
sama mantan gue yaa gak ada apa-apanya. Tapi elo bisa mengalihkan pikiran gue
dari masa lalu anto. Gue juga gak tau apa alasan gue suka sama elo.
S : oalah..... terus gue harus gimana anto??. Gue
bingung.
S : disatu sisi gue pengen banget ngerasain yang
namanya pacaran sama orang yang bener-bener gue suka. Tapi elo tau itu gak
mungkin :’(
S : selain lo gak akan pernah suka sama gue.
S : kalaupun kita punya perasaan yang sama, toh
bercuma aja. kita gak bakal bisa satu, karena iman kita yang beda. Gue gak mau masuk neraka hanya untuk sebuah
cinta yang semu ini. Dan elo pasti juga gitu kan anto??.
S : oh iya, makasi untuk selama ini.
S : makasih banyak udah mau kenal sama gue, udah mau
jadi temen gue. makasi buat waktunya selama ini, maap juga karena gue suka
mengganggu hari lo. Maap kalo gue sering nyakitin lo.
S : please to bantu gue move on dari lo.
S : gue ga mau stuck disitu aja. masih banyak pr gue
yang numpuk. Sementara sampaisaat ini, pikiran gue cuman buat elo..
S : yaampun kurang kerjaan banget gak sih gue??.
mikirin orang yang jela-jelas gak pernah mikirin gue. seddihhhh banget.
S : oooh ya ampun anto, gue kesel sekesel-keselnya
orang.
S : huuffft yaudah lah, mungkin takdir sudah
merencaakannya seperti ini.
S : oh iya, tolong tepatin janji lo ya Anto. Dan kalo
boleh, sms ini cukup gue dan elo aja yang tahu. Dan kalo gue boleh minta,
please apus sms ini setelah lo baca.
S : satu lagi, dan mungkin ini permintaan gue yang
terakhir dari gue J,
please to apus nomer gue dari kontak handphone lo. Makasi.
S : and the last, gue seneng banget bisa kenal lo
Anto J. your still in my
heart, butn’t in my life :”) * sedih banget yaampuuunnnn.
***
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar