Jumat, 29 November 2013

1 GOD, 1 LOVE, 1 DIFERRENT...




“Hape gue?? Dimana hape gue?? “. Tanganku meraba-raba meja kelas tempat  aku meletakkan hapeku. Tak ada!!.. Terpaksa kuangkat kepalaku  yang sedari tadi kurebahkan di atas permukaan meja itu. Aku panik bukan kepalang. Benar- benar  hapeku ilang.
“Nyari apa Rum ?”.  Tanya teman sekelasku yang tempat duduknya pas di depanku.
“Hape gue ilang To, lo liat ga??!! ” Jawabku.
“Emmmm.... (sok mikir, sambil nyengir-nyengir).. enggak Rum”.
Damnnn ketauan banget dia boongnya, tuh buktinya dia gak bisa nahan ketawa, senyum-senyum gak jelas, sok mikir segala lagi. Pasti dia lagi ngerjain aku niiiiihhhh.. -__-
“Aaaaaa gue tau ini semua kerjaan lo To. Udah jelas banget tadi gue taro dimeja sini (mengetuk-mengetuk meja, sambil kesal) ,balikin gak !!”. Aku pasang tampang sejutek mungkin, semungkin yang aku bisa.
“Hahahahha sumpah Rum bukan sama gue. Makanya jangan tidur mulu. Abis olahraga kok langsung tidur.”
“ Kan gue capek Anto. Lagiankan suka-suka gue dong mau tidur atau enggak. Terusss lo enggak suka gitu??. Udah mana sini balikin !!”. Mintaku paksa padanya, kucubit pergelangan tangannya supaya ia cepat mengakuinya.
“Auu sakit Rum.. Parah banget maennya cubitan. Enggak suka, abis gue dicuekin.   Yaudah gue kasih tau. Hapenya masih di meja kok, mmm gak ada semeter dari lo. ”
Aku yang masih terbawa alam mimpi, setengah sadar, masih belum bisa mencerna omongannya. Bingung harus ngapain.  “Hah maksudnya?. Gak ngerti lagi.”
“Dasar lola.  Hape lo ada disekitar sini, gak jauh dari tangan lo.”
Aku mencarinya, klu yang diberikannya sudah sampai diotakku, dan tak sampai hitungan sepuluh hapeku ketemu. Yapsss ia menaruhnya di tas Nene, teman sebangkuku. “ Antoooo ini pasti kerjaan lo !!.” . Aku yang merasa telah mengeluarkan cukup banyak energi, kembali merebahkan kepala dimeja, tertunduk lesu. Oh my god, dia buat aku esmosi. 
Sejurus kemudian, aku merasakan sesuatu yang menyentuh rambutku. Sentuhan itu sangat cepat, tapi lembut, penuh kehangatan. Aku terlonjak kaget, lagi dan lagi kepalaku berusaha untuk menengadah, mencari tahu sosok apa itu.
“Makanya naruh hape jangan sembarangan. Ilang aja.” sambil mengacak-acak rambutku.
Oh yaampun ternyata Anto, kirain Rizal haha ngarep banget. “Iyeee Anto. Tapi kalo gak ada elo, nih hape juga gak bakal ilang. ”
“Udah jangan tidur lagi dong. Tonton tuh filmnya. ” ia menunjuk kearah proyektor kelas yang sedang memutar film horor.
“Ih gak mau ah serem. Ahh bilang aja lo minta ditemenin, iyaa kan??. Jujur aja.” Ledekku padanya.
“Masih sereman mana sama rumah lo?. Mmmm... ”
“Yaudah kalau gak mau jujur gue tinggal tidur lagi. ” Ancamku.
“Yahhh gitu sih jahat.” Ia memasang emot anak kecil yang sedang merajuk.
“Haha senengnya gue.. iyak sini-sini gue temenin. Tapi gak mau nonton, maenan aja yuk.”
“Ayo apaan??. ” semangat sekali ia menjawabnya, dan senyum itu kembali menghiasi bibirnya.
“SOS tapi pake tisyu, nanti kalo yang ngerobekin tisyunya di jitak ya.” Usulku.
“Oke. Ayok sini.”
“ Ih pake baju dulu sana, jorok banget.  Gak enak ah diliatnya.”
“ Gerah Rum. Udah gak usa deh. Maen SOS aja ribet banget. Bilang aja pasti gak kuat ngeliat badan gue??.
“Yaudah kalo gak mau pake baju, gak jadi main. Iyaaa gak kuat gue mau nutup idung, anjir bau banget. Cepet sana ganti batik. Ntar gue olesin  babycolone gue. Buru sana. ” kudorong-dorong tangannya, memaksa dirinya untuk segera bangkit dari tempat duduk dan pergi kekamar mandi.
“Iya-iya.” Anto pun bangkit berdiri sambil membawa pakaian ganti miliknya. “Jangan kemana-mana Rum”.
“Sipokeh”. Disertai senyum termanisku untuknya.
Lima belas menit berlalu, ia tak kunjung kembali. Aa bosen banget, mau maen kebangku temen sebelah, tapi udah kelanjur janji sama dia gak bakal kemana-mana. Alternatif terakhir yaa mainin hape,baca-baca sms dari dia yang hampir setiap malem gak pernah absen dari inbox  hapeku.  Ketika jenuhku sudah mengumpul jadi satu, dan aku siap beranjak dari bangku, ketika itu pula pintu kelas terbuka, dan masuklah ia bersama dua laki-laki yang juga teman sekelasku.
Aku memasang tampang jutek sambil memencet tuts hapeku. Dia yang melihat perubahan sikapku, segera datang ketempat  diriku duduk, ia duduk disebelahku.
 “ Ayok. Mau main apa ini??”. Tak ada respon sama sekali dari diriku. Aku terus memencet-mencet angka dihapeku. Merasa diabaikan perkataannya, ia menatapku. Aku menoleh, walau hanya sekilas, lalu sibuk memainkan hape lagi. “Masa gitu aja ngambek. Padahalkan yang minta gue ganti baju tadi siapa??. Giliran udah ganti baju....”
“Siapa yang ngambek??. Orang lagi sibuk smsan. ”
“Boongnya ketauan banget sih. Orang dari tadi gue duduk disini, dan jelas-jelas gue liat lo cuma mencet-mencet angka gak jelas, terus diapus, terus pencet lagi.”
“Ih dasar nih, matanya lirik-lirik aja sih.. gak ada tisyu buat maen SOS tahu !!.”
“Nohkan boong lagi, marahnya pasti karena gue lama kan?. Tisyu mah banyak.”
“Mana-nyak. Pengen banget ditunggu sih??”. Sumpah demi apapun wajahku saat itu merah padam, untung saja kulitku tak putih, jadi tak terlihat warnah merahnya, semogaa.

Ia bangkit dari duduknya, meninggalkanku sendiri. Selalu begini, tapi yasudahlah masa aku harus menghalang-halanginya. Kupikir ia marah atau bosan denganku, ternyata ia kembali dan membawa sehelai tisyu untuk kami main berdua. Hanya sehelai??. Oh my God, dia benar-benar pelit.
“Nih tisyu-nya. Udah jangan ngambek lagi.”
“ Ih siapa juga yang ngambek. Yaudah nih spidolnya lo warna item,gue merah. Oh iya ini colognenya,” aku menyodorkan cologneku padanya.
“Katanya mau dibalurin..”Ucapnya pelan.
“Hah??. gak bisa sendiri apa?. Manja banget.”
“Kalau tau gitu tadi mending gak usah ganti baju sekalian. ”
Kuraih tangannya,yang mebuat tubuhnya menjadi semakin dekat denganku, sangat dekat malah. Kutuangkan cologne ditelapak tangannya, lalu kuratakan kebagian sisi tangan yang lain, hingga siku.  Tangannya kasar tapi tidak terlalu kasar, urat-urat ditangannya muncul disana-sini membuat dirinya terlihat makin cowok, kalau boleh jujur  ketika itu hatiku berdetak tak menentu.
“Heemm udah wangi nih. Yaudah yok main.” Kukembalikan tangannya kearah semula. Dan sewaktu itu, ia memegang tanganku.
“Kalau minta dibalurin terus boleh??” mintanya manja.
“Boleeehh banget. Minta sama nyokap lo aja ya Anto.”
“Mmmm... kalau maunya sama..”
“Cieee pegangin teruss To Arumnya, biar gak kabur. Weka- weka ” canda si Nene.
Yapss   Nene mengganggu waktu berduaku dengan Anto. Seketika, aku yang salting berat segera menarik tangan dari genggamannya.
“Yaudah yok main. Mau ikutan gak Ne??” Ajakku pada Nene, alih- alih mengalihkan pembicaraan.
“Mmmm Arum bisa aja ngelesnya kayak bajaj. Gak ahh ntar gue ganggu. Cuman mau ngambil dompet aja ditas, tolong dong To dompet gue.”
“Nih.” Kasih Anto pada Nene.
“Yaelah To jangan ngambek. Iyak-iyak gue ga ganggu lagi. Dah sono pedekate daaahh. Rum mau ikut ke kantin gak?”
Aku sempat melirik dirinya sebelum berkata “Engga deh Ne.”
“Mmmmm.... huahahaha gue ngerti kok Rum.”  Sambil melirik ke Anto. Setelah itu ia pergi meninggalkan kami berdua.
“Jadi main??” Tanyaku padanya karena merasa gelagat dirinya yang aneh.
“Ya terserah aja.” jawabnya dingin.
“Marah??”
“Enggak. Yaudah ayok main.. mmm AC-nya dingin banget yaa, tangan jadi menggigil gini”.
“Mmmm.. hahaha”. Iya aku tahu itu namanya kode bukan??.  Untuk mewujudkan keinginannya, kuberanikan diri untuk memulai. Disela-sela permainan perlahan tanganku mendekati tangannya dan tak butuh waktu lama tangan kami sudah berpegangan.
“ Kok tiba-tiba jadi anget ya??” Sindirnya
“Yaudah  kalo gak mau.” Kutarik tanganku dari genggamannya. Belum sempat melepaskan diri, ia menahannya.
“Emang ada yang bilang gak mau?? ” Tanyanya usil.
“Ihhh bisanya bikin keki mulu  nih. Aaahh jadi males mainan.”
“ Huahaha... cie ada yang salting”.  Godanya yang membuatku semakin melting.
“Ih apaan sih. Yaudahlah gue mau ke toilet dulu.” Kutarik tanganku yang sedari tadi digenggamnya. Aku merasa saat itu sebaiknya aku mencari angin segar, sudah cukup hatiku dag-dig-dug tak menentu. Huaaaa bisa bener-bener merah mukaku ini.
“Jangan lama-lama ya..“ Pintanya.
“ Gak janji ya.. hahahaha”
***
Tak terasa aku sudah kelas tiga, ini berarti sudah cukup waktu main-main untukku. Sekarang ini aku harus fokus sekolah, harus siap-siap menghadapi Ujian Nasional. Yapsss.. jangan sampai buat keluarga kecewa, terlebih Mama, satu-satunya orang tua yang kupunya dan orang yang selalu ada untukku.
Dikelas tiga ini aku masuk kelas pilihan. Yaa bisa dibilang kelas khusus untuk anak-anak pintar. Kalau boleh jujur, aku tidak merasa punya bakat ataupun kepintaran sama sekali, yaa siswa yang pas-pasan lah. Tapi kok bisa masuk kelas ini ya???. Gak tau deh, bagaimana pun juga aku harus mensyukurinya.
zzz.zzzz.zzz... Tuhan memang satu kita yang tak sama... zzz...zzz... haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi..... zzzz..zzz.... . Handphone yang kuletakkan diatas meja berdering kencang.
“ 1 message” tulisan itu tertera dilayar handphone. Segera kubuka, sms dari nomer tak dikenal, disms itu hanya tertulis namaku “Aruuuuum”, seolah-olah si pegirim sms memanggilku.
Mmm nomer saja??. Otakku mulai menerka-nerka, siapakah orang yang mengirim sms itu?. Jangan-jangann... . Gak mungkin... .  Mungkin saja tapi, siapa tahu dia kangen sama kamu rum.. . Aduh itu gak mungkin banget, dia kan orangnya begitu, gengsisme tingkat dewa, lagian juga dia gak mungkin kangen sama aku terlebih setelah peristiwa itu..., tapi gak ada yang gak mungkin rum... .
Oh yaampun hatiku sibuk bertengkar tentang hal yang gak jelas ini. Disatu sisi perasaanku bilang ini sms dari Anto, dan disisi lain menolaknya, lagian gak  mungkin juga Anto gak menepati janjinya. Tapi siapa tahu aja... . tapi ga mungkinnnnn.... .
“Stoooooooppppp” aku berteriak sendiri di dalam kamar, saking pusingnya mendengar kata hati yang saling berbenturan. Untung saja dirumah sedang tidak ada orang , kalau sampai ada, bisa dikira gila aku ini. Huufft. Daripada penasaran seperti ini, mikirin hal yang gak jelas, dan cuma bisa menerka-nerka, lebih baik memastikannya.
“Iyaa apa ?. Maap ini nomer siapa yak.” Kuputuskan untuk membalas sms itu. Sedikit berharap kalau-kalau sms itu benar dari Anto.  Tak sampai lima menit, ringtone hp berbunyi lagi, saking penasarannya segera kuraih handphoneku dan langsung kubuka tanpa basa-basi lagi. Walhasil..
“Ini gue Bowo. Save nomer gue ya rum. Lagi apa rum??”. Gedubrakkk, nohkan dibilang apa?. Itu bukan dari Anto, Arum-nya -__- .
Tiba-tiba saja mataku perih, aku bingung ada apa ini. “Gak boleh, Arum gak boleh nangis, Arum kuat” aku meyakinkan diriku sendiri. Oh yaampun, tanpa sengaja sebullir air mata menetes begitu saja dipipiku. Segera kubangkit dari kasur, menutup layar netbookku, dan meninggalkan handphone yang menampilkan sms dari orang yang tak kuharapkan. Aku berlari bergegas menuju toilet. Rasanya sudah tidak tahan lagi, ingin menangis sekencang-kencangnya ditoilet.
Sudah sampai didalamnya, kunyalakan kran bak mandi yang sudah tidak bisa menampung air lagi, dan tanpa inginku air mata itu jatuh berhamburan. Aku kangen, rindu setengah mati sama Anto.
“Antooo aku kangen kamu... hiks.. hikss. Seandainya aja kamu bisa mencegah aku.. . Seandainya kamu ngerti perasaan aku Nto. Seandainya kamu bisa sedikit lebih peka... hikss hiksss... kenapa kita jadi begini sih Anto?? . Tuhan kenapa Engkau mempertemukanku dengannya kalau akhirnya Engkau juga yang menakdirkan kami tak bersama???. Mengapa Engkau menciptakan perbedaan yang malah membuat kami, ciptaanMu ini tidak bersatu?? Bukankah Engkau yang menganjurkan untuk selalu hidup bahagia bersama-sama, tapi mengapaaa Engkauuuu???. Arrrrggggggghhhhh aku kesal ”.  rasanya saat itu aku ingin sekali berteriak sekeras-kerasnya dan berkata “Ini gak adil untukku”. Tapi sayang , aku tak senekat itu, perkataan itu hanya terpendam dalam hati saja. Malam itu, aku merasa teramat menyedihkan. Entah berapa lama aku menghabiskan waktu dikamar  mandi untuk menangisi seseorang, yang mungkin saja kini ia membenciku. 
Setelah merasa cukup baikan, aku berdiri dan membasuh mukaku dengan air. Berharap bisa menghilangkan bekas air mata yang masih menetes di pelupuk mata, walaupun sudah tak sederas tadi. Mencoba untuk mengontrol emosi, menanamkan kata-kata dalam hati “Arum kuat.. arum pasti kuat.. gak boleh nangis”.  Sudah merasa mantap, kubuka pintu kamar mandi dan segera kembali kekamar.
Kaca.. tujuan utamaku setelah tiba dikamar. OMG mataku sembab. Bagaimana ini kalau Mama pulang dan melihat wajahku seperti ini. Dia bisa cemas. Arrrggghhhh ini gara-gara Anto. “Ngapain aku mikirin dia, yang jelas-jelas gak pernah suka sama aku. Boro-boro suka. Mikirin aku sekali aja gak pernah. Bete banget.” Timbul sifat egois dari dalam diriku. Yayayayaya.......... munkin ini yang terbaik :D.
I learn to confirm my life. Its no good, yeah may be bad idea. But i know, one day i will get something whose very special for me, . Just for me :’). (aku belajar untuk menerima hidupku. Itu emang gak bagus, yeah mungkin ide yang buruk. Tapi aku tahu, suatu hari nanti aku akan mendapatkan sesuatu yang sangat spesial untukku. Hanya untuk ku seorang :’) ).

***
PERISTIWA ITU...
Sabtu malam, yaaa malam ini ditunggu oleh kalangan muda untuk menghabiskan sisa malam bersama sang pujaan hati. Tapi tidak untukku. Aku terduduk lesu di sofa ruang tamu. Aku lelah dengan semua ini. Semua terlihat semu.... indah diawal tapi tidak jelas diakhir. Berdiri.. duduk lagi. Berdiri.. duduk lagi. Sambil memegang handphone, aku seperti orang terhipnotis, pandangan kosong, bingung ingin melakukan apa. Resah tak menentu. Terlalu banyak pikiran yang memenuhi otakku ini. Oh yaampun.
Mama yang melihat anaknya gak karuhan tampangnya segera angkat bicara. “Kamu tuh ngapain toh dek??. Dari tadi Mama liatin, kok kayak orang bimbang gitu. Gak bisa diem lagi. Nunggu sms dari siapa cah ayu.... ”. Ucapan Mama buat aku sedikit tenang. Aku coba merileks-kan diri duduk mendekati beliau.
“Aku gak nunggu sms dari siapa-siapa Mama. J, aku malah lagi bingung mau mulai smsnya gimana.” Aku meminta saran padanya.
“Yaa tinggal sms aja kok susah banget. Apa perlu mama yang sms-in. Hah??” Mama mencoba menghiburku. Dan kuakui usaha mama sangat berhasil. Beban dipundakku sedikitt ringan. Hampir sejam-an aku menghabiskan waktu untuk curhat ke Mama, sampai-sampai aku lupa ingin meng-sms dirinya. Mama banyak memberikan petuah-petuah bijaksana tentang cinta. Dan aku sangat menikmati obrolan yang jarang sekali serenyah ini.


Setelah berkonsultasi dengan psikolog cinta (cieh itu sebutan baru persembahanku untuk Mama ) aku memantapkan hati untuk memulainya.
a=Anto                                                                                                                                              s=Saya
S : antooooo...
A : apa arum??
S : lagi apa anto??
A : lagi tiduran aja rum. Lu sendiri?
S : duduk-duduk di sofa.
A : tumben gak malem mingguan rum?
S : lahhhh emang gue pernah malem mingguan??. Sok tau nih Anto kayak dukun deh.
A : kok lu tau gue suka sok tau Rum??. Jangan- jangan lu yang dukun lagi.... wukakakak.
S : mmmmmm.... krikkrik.. masa ada jangkrik lewat To. Katanya dia nyariin elo tuh.
A : jahaaat arum.. L. Wiedew ada yang bisa bahasa binatang nih?? Satu spesies yak??.
S : aruuummm baik kok. Anak mamah gak boleh jahat JJJ. Iyak nichh titisan nabi sulaiman. Hahaha :p
A : anak mamah ya????. Ketauan tuh yang anak mamah alaynya keluar.. wkwk. Lu mah titisan lia eden. Ckckck
S : Hahehuhoh.... emmmmm
A  : lahlah gajel
S : To mau tau sesuatu ga?
A : tau apaan?
S : tapi ada kosekuensinya anto??
A : emang apaan sih Rum?. Jadi penasaran. Apa kosekwensinya??
S : yang pertama kalo lo udah baca sms ini anggep kita gak pernah kenal??. Bagaimana?
A : itu kosekwensinya??. Gak ada yang lain apa????. Parah banget sih.
S : iya itu. Mau gaaaakkk????. Yang ke 2, kalo lo udah baca sms gue ya jangan bales sms gue.
A : ada lagi?????
S : lo beneran mau To??. Jadi lo gak mau kenal sama gue???
A : apaan sih rum. Gue jadi bingung -.- . yaudah apaan nih?? Gue penasaran.
S : mmmm tapi janji yak.
A : iyakiyak. Buruuu gue ngantuk nih.
S : yaudah tidur aja. gue harus menyusun kata-kata dulu takut salah persepsi. Selamat malam anto J
A : oh gitu yaudahh. Nite too Arum.
Beberapa jam kemudian hampir 30 sms kukirim untuknya, 23 : 00
S : bolehkah gue jujur??
S : sebenernya gue juga gak mau ngomong ini. Tapi gue capek mendem terus anto
S : lagian setelah berkonsultasi pada Mama, mama bilang lebih baik ungkapkan sekarang daripada terus-terusan memendam dan gak tau sampai kapan berakhirnya. Gue pengen semuanya jelas.
S : anto gue suka ama lo. Mungkin cinta. Atau... apalah yang semacam itu.
S : taukah lo?? Semua cerita- cerita di netbuk gue itu semua tentang lo. Yayaya gue yakin lo udah tau.
S : mungkin lo bertanya-tanya, sejak kapan gue suka sama lo???. Gue juga gak tau persis. Yang jelas semenjak tugas sejarah itu, jujur perasaan itu muncul seketika.
S: sebenernya dari awal masuk ipa 2 pun gue sudah mulai mengamati lo. Tapi gue sempet gak yakin kalo kita bakal sedeket ini.
S : kalo boleh jujur elo itu... ya kalo dibandingin sama mantan gue yaa gak ada apa-apanya. Tapi elo bisa mengalihkan pikiran gue dari masa lalu anto. Gue juga gak tau apa alasan gue suka sama elo.
S : oalah..... terus gue harus gimana anto??. Gue bingung.
S : disatu sisi gue pengen banget ngerasain yang namanya pacaran sama orang yang bener-bener gue suka. Tapi elo tau itu gak mungkin :’(
S : selain lo gak akan pernah suka sama gue.
S : kalaupun kita punya perasaan yang sama, toh bercuma aja. kita gak bakal bisa satu, karena iman kita yang beda.  Gue gak mau masuk neraka hanya untuk sebuah cinta yang semu ini. Dan elo pasti juga gitu kan anto??.
S : oh iya, makasi untuk selama ini.
S : makasih banyak udah mau kenal sama gue, udah mau jadi temen gue. makasi buat waktunya selama ini, maap juga karena gue suka mengganggu hari lo. Maap kalo gue sering nyakitin lo.
S : please to bantu gue move on dari lo.
S : gue ga mau stuck disitu aja. masih banyak pr gue yang numpuk. Sementara sampaisaat ini, pikiran gue cuman buat elo..
S : yaampun kurang kerjaan banget gak sih gue??. mikirin orang yang jela-jelas gak pernah mikirin gue. seddihhhh banget.
S : oooh ya ampun anto, gue kesel sekesel-keselnya orang.
S : huuffft yaudah lah, mungkin takdir sudah merencaakannya seperti ini.
S : oh iya, tolong tepatin janji lo ya Anto. Dan kalo boleh, sms ini cukup gue dan elo aja yang tahu. Dan kalo gue boleh minta, please apus sms ini setelah lo baca.
S : satu lagi, dan mungkin ini permintaan gue yang terakhir dari gue J, please to apus nomer gue dari kontak handphone lo. Makasi.
S : and the last, gue seneng banget bisa kenal lo Anto J. your still in my heart, butn’t in my life :”) * sedih banget yaampuuunnnn.

***
  THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar